Senin, 16 April 2012

Ujian Nasional Dan Ujian Moral Bangsa

-IGCC- Dalam hitungan hari,  para siswa yang tengah mengenyam pendidikan formal di SD, SMP dan SMA akan menghadapi sebuah ujian berskala nasional yang menentukan masa depan mereka, paling tidak untuk beberapa tahun ke depan. Ya, Ujian Nasional (UN)tengah menunggu mereka. Nampaknya ujian yang menjadi syarat kelulusan bagi jenjang yang telah disebut di awal menjadi kata-kata yang sangat menakutkan, setidaknya bagi beberapa kalangan. Tidak hanya bagi siswa yang akan menghadapinya, tetapi juga bagi orang tua mereka atau bahkan guru-guru yang telah memberikan pengajaran selama tiga sampai enam tahun silam. Para Orang tua risau akan nasib pendidikan formal yang hendak dienyam oleh putra-putrinya. Sementara itu, para guru pengajar diliputi rasa was-was karena UN ini dianggap sebagai pertaruhan kredibilitas.

Kebanyakan orang menganggap bahwa UN ini merupakan bentuk ujian akan kemampuan para siswa dalam menyerap materi yang telah diajarkan. Namun, penulis beranggapan bahwa sesungguhnya UN ini adalah salah satu bentuk ujian mental bagi segenap bangsa, bukan hanya bagi para siswa. UN tengah menguji seluhur  apa “moral” bangsa ini.

Masih jelas di ingatan kita, kasus UN tahun 2011 silam dimana seorang siswa sekolah dasar dipaksa oleh sang guru untuk memberikan contekan kepada rekan-rekannya. Kode-kode dan trik-trik telah disiapkan oleh sang guru untuk memuluskan aksi contek-mencontek ini. Alif, bocah kecil yang diminta memberikan contekan itu akhirnya mengadu kepada orang tuanya hingga berita ini heboh dan sempat menjadi headline selama beberapa hari di media nasional. Bahkan, kasus yang menindas bocah ini turut menjadi perhatian aparat penegak hukum tertinggi di tanah air kala itu.

Rahasia Umum bahkan di anggap lumrah

Kasus Alif yang sempat diangkat media ini sebenarnya hanya fenomena gunung es. Di luar sana banyak Alif-Alif lain yang menjadi korban akan kasus serupa. Sudah menjadi rahasia umum jika pelaksanaan UN  sering diwarnai kecurangan, baik oleh peserta UN, para staf pengajar atau bahkan instansi-instansi terkait. Para Siswa yang kurang pede pada kemampuannya sering berusaha mendapatkan contekan dari kawannya, yang dianggapnya lebih pandai. Tak jarang mereka mempersiapkan aksi-aksi mereka jauh-jauh hari sebelum UN digelar. Sayangnya, banyak kalangan yang mentolerir perbuatan tercela ini. Bahkan tak sedikit yang justru mendukung aksi mereka ini.

Bahkan di beberapa sekolah, aksi-aksi mereka ini dikoordinir langsung oleh guru-guru mereka. Lihatlah kasus yang menimpa Alif, bagaimana kode-kode yang diajarkan oleh gurunya. Adapula kisah Muhammad Abrari, siswa kelas enam SD 06 pesanggrahan Jakarta, yang mengalami nasib serupa. Para guru yang semestinya memberikan pengajaran akhlak yang baik pada siswanya justru mengajarkan perbuatan-perbuatan picik yang tercela ini. Jika generasi muda yang katanya menjadi tumpuan bangsa ini sudah diajari berbuat curang di kala mereka masih belia, bagaimana tidak mungkin akan terlahir pemimpin-pemimpin Korup penipu rakyat di kemudian hari? Jika kecurangan dianggap lumrah, bagaimana mungkin hukum akan berdiri gagah?

Untuk Tenaga Pendidik dan Segenap Adik-adik

Di akhir tulisan ini, penulis ingin berbagi nasehat dengan para pendidik. Pak, Bu, anda ini adalah para guru yang semestinya digugu lan ditiru (dipatuhi dan dicontoh) . Jika hanya demi kelulusan yang seratus persen kau ajarkan tipu-tipu kepada anak didikmu, dimana sumpah baktimu yang dulu kau ucapkan untuk negeri yang  lebih makmur dan maju? Demi Allah, kejujuran dan akhlak mereka lebih dibutuhkan negeri ini ketimbang hanya secarik kertas kelulusan bila dipenuhi aksi tipu-tipu. Negeri ini tengah sakit. Jangan tambah kau racuni negeri ini. Tuntunlah anak-anak muda itu menjadi generasi yang mengobati negeri ini. Percayalah pada mereka, putra-putri terbaik yang telah kau asuh selama ini.

Bila Ibu Bapak sudah menanamkan kejujuran pada mereka dalam menghadapi segala ujian, berjuta salam takzim tengah menghampirimu, tak hanya dariku, tapi juga bangsa ini. Bahkan para malaikat yang tengah mempersaksikanmu turut mendoakan dirimu.

Untuk adik-adikku sayang, percayalah pada dirimu. Kakak tahu kalian mampu. Jangan kau gadaikan prinsip hanya demi goresan-goresan angka di atas lembar Ijasahmu. Tanyakan pada hatimu, puaskah engkau bila nilai-nilai itu tidak murni dari jerih payahmu? Bukan nilai-nilai itu yang ditunggu bangsa ini. Akhlakmu-lah yang akan membangunkan bangsa yang tengah tertunduk lesu. Gairahkan negeri ini dengan semangat dan kejujuranmu. Selamat Berjuang mempertahankan kejujuran. Selamat berjuang meraih impian. Selamat berjuang menempuh Ujian Nasional. Sekali lagi, SELAMAT BERJUANG!!! (catur)

Kamis, 05 April 2012

Sejarah Palestina dan Rakyatnya (Bag ke-2): Geografi Palestina (Relief Tanah dan Iklim)

Secara mendasar, wilayah Palestina mungkin dapat kita bagi (dengan memotong garis bujur) menjadi tiga wilayah. Yaitu wilayah pinggiran pantai, dataran tinggi pegunungan yang menyebar di hampir seluruh wilayah Palestina dan galur Yordan (wilayah dataran rendah Yordan). Wilayah pinggiran Palestina menyempit karena bersebelahan dengan gunung Karmel di Haifa sampai 200 meter dan meluas ke arah selatan mencapai 30 kilometer di wilayah Gaza. Di wilayah inilah terkonsentrasi pemukiman penduduk dan kegiatan ekonomi dalam skala besar. Saat itu sekitar tiga perempat penduduk Palestina terkonsentrasi di wilayah ini, di tambah aktifitas ekonomi di pelabuhan khususnya di Haifa, wilayah-wilayah ini merupakan pusat kegiatan pertanian strategis terutama produksi asam. Adapun dataran tinggi di wilayah tengah Palestina, meliputi pegunungan Nablus, al Khalil (Hebron) dan perbukitan Nagev yang luasnya mencapai 1000 meter. Kemudian gunul Halhul mencapai 1020 meter, gunung Jurzaim dan ‘Aibal mencapai 940 meter. Dan di rangkaian pegunungan el Jalil di wilayah utara Palestina, di situ ada gunung tertinggi di Palestina, menjulang gunung el Jurmeq luasnya mencapai 1208 meter. 

Di wilayah dataran tinggi ini berkembang sejumlah kota-kota penting Palestina seperti al Quds (Jerusalem), Nablus, el Khalil (Hebron), Bethlehem dan Ramallah. Meskipun wilayah-wilayah ini terbuka, namun sejak ribuan tahun tetap menjadi markas penduduk yang bercirikan pedesaan. Sebagian besar wilayahnya tanah subur bagus untuk pertanian. Para petani Palestina memanfaatkannya untuk memproduksi kacang-kacangan, sayuran, pertanian zaitun, chrom, perkebunan buah badam dan di tambah lagi padang gembala ternak. Sedang bukit Nagev, yang luasnya mencapai 10 ribu kilometer persegi, merupakan wilayah padang pasir yang sedikit sekalai memiliki potensi alam, kecuali daerah pinggiran utara. Selebihnya tidak pernah mendapatkan curah hujan kecuali 50 mm atau lebih kecil dari itu. Merupakan wilayah Palestina yang paling sedikit penduduknya. 

Adapun wilayah dataran rendah (galur) Yordan, luasnya membentang 460 kilometer dari kaki gunung Syaikh (sebelah utara) sampai teluk Aqabah (sebelah selatan), membentang sepanjang garis perbatasan Palestina – Yordania, di bagian utara dilewati sungai Yordan kemudian masuk danai Thabriya kemudia keluar dan bermuara di laut Mati yang kedalamannya kurang dari 395 meter di bawah permukaan laut. Laut Mati sendiri luasnya 940 kilometer persegi, airnya sangat asin bila dibandingkan dengan danau atau laut-laut yang ada di dunia ini, tak satupun ada kehidupan laut di dalamnya. 

Lembah Yordan dan Laut Mati merupakan wilayah yang paling rendah dari permukaan air laut dibandingkan dengan tempat-tempat lain di dunia. Kekhasan wilayah ini adalah panas yang tinggi sepanjang tahun. Penduduknya bertani kurma, pisang dan sayuran. Di wilayah ini terdapat kota tertua dalam sejarah Palestina, yaitu kota Jericho (Ariha), yang sudah berkembang pada tahun 8000 SM. Ke arah selatan dari Laut Mati membentang galur Yordan lebih dari 150 kilometer, yang dinamakan dengan lembah Arabah. Namun semakin ke arah selatan wilayah ini semakin bertambah tinggi, kemudian kembali menurun sampai setinggi permukaan air laut di pantai teluk Aqabah. 

 Iklim yang berlaku di Palestina adalah iklim Laut Tengah secara umum, yaitu panas kering di waktu musim panas dan hangat berhujan pada musim dingin (hujan). Curah hujan berkisar antara 600 – 800 mm setiap tahun di wilayah dataran tinggi el Jalil, Nablus, dan Khalil (Hebron). Di wilayah pinggiran pantai, semakin ke selatan curah hujan semakin turun, mulai dari wilayah Karmel yang bercurah hujan 800 mm pertahun sampai di Rafah yang bercurah hujan tinggal 150 mm pertahun. Sedangkan di wilayah lembah Yordan, curah hujan mencapai 200 mm pertahun, di Nagev hanya mencapai 50 mm pertahun. Sedang tingkat derajat panas secara umum beriklim sedang. Suhu terendah paling dingin terjadi di kota al Quds (Jerusalem) pada bulan Januari sekitar 8º, dan pada bulan Agustus 25º merupakan suhu panas tertinggi di al Quds. Di wilayah pantai suhu terendah tidak kurang dari 19º dan pada bulan Agustus suhu panas tidak lebih dari 26º. Namun pada situasi paling ekstrim, pada musim dingin suhu terendah bisa mencapai 0º, terutama di wilayah dataran tinggi pegnungan, dan suhu tertinggi pada musim panas bisa mencapai 40º terutama di wilayah lembah Yordan.

 Bersambung… 

___ Referensi: Dr. Muhsin Muhammad Shaleh, Warsito, Lc (pent), Ardhu Filistin wa Sya’buha (Tanah Palestina dan Rakyatnya), Seri Kajian Sistematis tentang Issu Palestina (1). 

 ___ Catatan kaki: 5 Seputar peta geografi Palestina, lihat Shalahuddin al Buhairi “Jughrafiyah Filistin“, di Al Madkhal Ila Al Qadhiyah Al Filistiniyah, editor Jawwad al Hamd, kajian berseri no 21 (Aman: markaz dirasat al syarqil awsath, 1997) hal: 15-24 

Rabu, 04 April 2012

Sejarah Palestina dan Rakyatnya (Bag ke-1): Tanah Palestina

Muqaddimah

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, shalawat serta salam semoga terjurahkan kepada junjungan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga dan seluruh shabatnya.

Tulisan yang ada di hadapan pembaca ini adalah bagian pertama dari seri “diraasat manhajiyah fiil qadhiyah al filistiniyah” (kajian sistematik/metodologis tentang issu Palestina). Kajian ini dimaksudkan untuk melakukan ekstensifikasi kepedulian intelektual dan kebangsaan berkenaan dengan issu Palestina.  Ini merupakan seri kajian ilmiah dan dokumentatif yang membahas berbagai sisi dalam masalah issu Palestina, sebagai pengantar bagi siapa saja yang ingin – kelak di kemudian hari – melakukan kajian dalam bidang yang lebih spesifik (spesialis keilmuan tentang Palestina).

Buku “ardhu filistin wa sya’buha” (Tanah dan Bangsa Palestina) ini berbicara tentang tanah Palestina dari sisi sejarah dan geografi, kedudukannya dalam Islam, menangkis klaim-klaim Yahudi yang menyatakan mereka lebih berhak atas tanah Palestina. Juga berbicara mengenai perkembangan permukiman Yahudi dan perampasan mereka atas tanah Palestina, mengungkapkan kebohongan dan kepalsuan klaim-klaim yang mengatakan bahwa rakyat Palestina telah menjual tanah mereka kepada orang-orang Yahudi. Kemudian berbicara mengenai al Quds dan tindak penodaan terhadap tempat-tempat suci Islam berupa upaya-upaya penggusuran, pencaplokan, penghancuran dan yahudisasi.

Selanjutnya buku ini berbicara tentang pembentukan komunitas bangsa Palestina sepanjang sejarah, mengenai rakyat Palestina yang berada di wilayah-wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak tahun 1948, mengenai kehidupan mereka di Tepi Barat dan Jalur Gaza, kondisi mereka di luar Palestina dan menjelaskan penderitaan orang-orang Palestina serta berbagai aksi pembantaian dan penyiksaan yang mereka alami. Kami memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar menjadikan amal ini tulus karena-Nya, Dzat Yang Maha Mulia.
Penulis
BAGIAN PERTAMA

Tanah Palestina

Palestina:
Palestina adalah sebuah nama untuk menyebut wilayah Barat Daya negeri Syam. Sebuah wilayah yang terletak di bagian barat benua Asia dan bagian pantai timur Laut Tengah. Palestina terletak di titik strategis penting, karena dianggap sebagai penghubung antara benua Asia dan Afrika, di samping sebagai sentra yang mempertemukan wilayah dunia Islam.

Nama klasik yang terkenal untuk sebutan negeri ini adalah “tanah Kan’an”, karena yang pertama kali bermukim di sini yang dikenal dalam sejarah adalah bangsa Kan’an, mereka datang dari Jazirah Arab sekitar 2500 tahun S.M. Adapun nama Palestina sendiri diambil dari salah satu bangsa-bangsa pelaut, kemungkinan mereka datang dari daerah barat Asia kecil dan wilayah laut Ijah sekitar abad ke 12 S.M. Nama ini diketemukan diukiran Mesir dengan nama “Ba Lam Sin Ta, PLST”. Adapun penambahan Nun “N” kemungkinan untuk menunjukan kata plural atau jama’. Mereka bermukim di wilayah-wilayah pesisir dan berasimilasi dengan orang-orang Kan’an dalam waktu yang tidak terlalu lama. Namun orang-orang Kan’an memberikan nama buat tanah wilayah tersebut dengan nama mereka (orang-orang Palestina).

Mengenai bentuk dan batas-batas wilayah Palestina pada zaman dahulu belum dikenal secara konkrit seperti sekarang, kecuali pada masa penjajahan Inggris atas Palestina tahun 1920-1923. Dalam perjalanan sejarahnya, penetapan batas wilayah ini terkadang menyempit dan meluas, namun secara umum ada hal yang konstan tentang wilayah ini bahwa ia tetap terletak di antara Laut Tengah, Laut Mati dan Sungai Jordan sebagai bagian dari wilayah negeri Syam.

Sangat sulit menetapkan batas-batas wilayah Palestina secara historis, karena kajian yang kami lakukan di sini tidak mengarah kepada kajian yang bersifat tafsili daqiq (rinci dan detail). Namun demikian kami akan membahas sekilas tanda-tanda perkembangan historis terpenting bagi batas-batas ini. Pada masa Bizantium, dan sampai pertengahan abad IV masehi, wilayah Palestina terbagi menjadi tiga daerah administratif, yaitu:

1.  Palestina I: Batas wilayah ini meliputi sebelah utara mulai dari selatan gunung Karmel dan padang Ibnu Ameer, sebelah selatan berupa garis yang membentang dari selatan Rafah ke arah timur sampai pertengahan Laut Mati. Perbatasan timur wilayah ini meliputi bagian-bagian timur Yordania, garis perbatasannya melewati selatan Bisan dan membelah sungai Yordan yang mengelilingi wilayah antara Ajlon untuk sebelah utara dan ujung Laut Mati untuk sebelah tenggara. Yang menjadi jantung Palestina I ketika itu adalah kota Qasariyah yang meliputi kota al Quds, Nablus, Yafa, Gaza dan Asqalan.
2.  Palestina II: Wilayah ini meliputi pegunungan el Jalil, Maraj Ibn Ameer dan dataran-dataran tinggi yang membentang ke arah timur dari danau Thabriyah, yakni wilayah-wilayah bagian timur Yordania dan Suriyah sekarangn ini.
3.  Palestina III: Wilayah ini mencakup daerah-daerah yang terletah di sebelah selatan garis Rafah – Laut Mati, sampai Teluk Aqabah. Wilayah ini berpusat di kota al-Betraa yang sekarang ini terletak di wilayah bagian timur Yordania.1

Ketika Palestina masuk di bawah pemerintahan Islam pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab radiyallahu ‘anhu maka dianggap sebagai bagian dari negeri Syam. Saat itu negeri Islam dibagi menjadi tujuh wilayah, dan Syam adalah salah satu dari ketujuh wilayah tersebut. Pada masa khulafaur Rasyidin, secara administratif negeri Syam terbagi menjadi beberapa kota administratif, yakni kota administratif Himsh, Damaskus, Palestina dan Yordania.

Sedang pada masa kekhalifahan Bani Umayah ditambah kota administratif yang kelima, yaitu kota administratif Qanisrain. Wilayah kota administratif Palestina membentang dari Rafah yang berbatasan dengan Sinai sampai ke el Lajun, yaitu sebuah kota yang terletak setelah 18 kilometer barat laut kota Jenin. Wilayah administratif Palestina beribukotakan Alladu sampai akhirnya Sulaiman bin Abdul Malik menjadi wali wilayah ini pada masa kekhalifahan saudaranya, Khalifah Alwalid bin Abdul Malik, pada tahun 86 – 97 Hijriah. Kemudian Sulaiman memerintahkan pembangunan kota Remlah yang kemudian menjadi ibukota wilayah ini.

Selanjutnya Palestina menjadi wilayah yang terlepas berdiri sendiri pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, yaitu setelah masa pemerintahan Abu Abbas al Sifah dengan Remlah tetap menjadi sentral pemerintahan. Setelah terlepas berdiri sendiri, Palestina terbagi menjadi 12 Kurah (kota). Yaitu Remlah, Eilia (al Quds), Amwas, Alladdu, Yabna, Yafa, Qaisariya, Nablus, Sabastiyan, Asqalan, Gaza, Beit Jabrain serta bergabung ke dalamnya wilayah pinggiran, Zagar, Diyar Qaum, Lud, Syara dan pegunungan hingga Aila di Teluk Aqabah.

Adapun kota administratif Yordania, berdasarkan fakta-fakta kontemporer, sekarang ini menjadi bagian wilayah timur Yordania, wilayah utara Palestina dan selatan Lebanon. Ketika itu, Yordania merupakan kota anministratif terkecil dari negeri Syam yang berpusat (ibukota) Thabriya, yang terdiri dari 13 Kurah. Yaitu Thabriya, Samira, Bisan, Fuhl, Jursy, Beit Ras, Jadr, Abil, Susiya, Shafwariya, Aka, Qadas (utara Shafad) dan Shur.

Pada masa pemerintahan Mamalik (th 1250 – 1517), secara administratif negeri Syam terbagi menjadi beberapa wilayah perwakilan (niyabah). Wilayah Palestina terdiri dari tiga niyabah, yaitu Shafad, al Quds dan Gaza. Niyabah Shafad meliputi wilayah dari utara Palestina dan selatan Lebanon sampai ke sungai Lithani. Pada masa kekhalifahan Turki Utsmani di Syam (th 1516 – 1918), negeri ini terbagi menjadi tiga iyalah (distrik), yaitu iyalah Damaskus, Halb dan Tharablus. Setiap iyalah terdiri dari beberapa daerah administratif yang disebut sanajiq. Ketika itu sanajiq Nablus, Gaza, al Quds, Lajun dan Shafad berada dalam iyalah Damaskus. Sanajiq Nablus meliputi bagian-bagian wilayah timur Yordania. Ketika dibentuk iyalah baru Shaida pada tahun 1660, masuk dalam distrik ini wilayah Shafad yang kemudian sentral pemerintahan berpindah  ke Aka pada tahun 1777. Setelah itu turut bergabung dalam iyalah Shaida kota al Quds, Nablus dan Balqa. Dan ketika terbit sistem kewilayahan baru pada tahun 1864 iyalah Shaida bergabung dalam wilayah (propinsi) Suriah. Dan ketika dibentuk wilayah (propinsi) Beirut pada tahun 1887, Aka, Balqa dan tiga kota lainya pisah dari wilayah Suriah membentuk propinsi-propinsi (wilayah) baru. Wilayah Beirut membentang sampai penghujung jalan antara Nablus dan al Quds, yang mencakup kota Aka dan Balqa yang berpusat di Nablus yang meliputi pinggiran Jenin, Bani Sha’b, Jamain dan Salth. Saat itu kota Aka mencakup pinggiran Haifa, Nashira, Thabriya dan Shafad. Wilayah-wilayah utara Palestina ini masih tetap menjadi bagian wilayah Beirut sampai  tahun 1914. Sedangkan distrik al Quds, melihat dari urgensi dan kekhawatiran Daulah Utsmaniyah dari ketamakan zionis Yahudi, serta masuknya campur tangan negara asing dalam urusan al Quds, pihak daulah memisahkannya dari Propinsi Suriah, dan dinyatakan sebagai wilayah otonomi yang berdiri sendiri dan langsung terikat oleh pemerintah pusat sejak tahun 1874. Wilayah ini meliputi bagian tengah dan selatan Palestina, yang diikuti wilayah pinggiran al Quds, Yafa, Gaza dan Hebron (al Khalil). Pada tahun 1909 dibangun pinggiran Bi’r Sebaa yang sebelumnya merupakan bagian dari pinggiran Gaza. Melihat kuatnya kekuasaan al Quds, beberapa kali terjadi penggabungan wilayah Nablus (Balqa’) juga pinggiran Nashira selama tahun 1906 – 1909. Kekuasaan otonomi al Quds ini terus berlanjut hingga akhir kekhalifahan Daulah Utsmaniyah.2

Dari pembahasan yang agak melebar tentang batas-batas geografis Palestina ini, kami sebenarnya hanya ingin menegaskan beberapa makna:
  • Bahwa penamaan Palestina adalah penamaan sudah ada sejak lama (klasik). Yang secara ghalib meliputi daerah antara Laut Tengah, Laut Mati dan Sungai Yordan.
  • Bahwa Palestina adalah wilayah bagian dari negeri Syam. Karenanya, pembagian wilayah secara administratif, penamaan wilayah-wilayah, perluasan sebagian wilayah dan penyempitan sebagian yang lain, tidak pernah mempengaruhi perasaan penduduk aslinya, bahwa mereka adalah bagian tak terpisahkan dari umat Islam yang utuh. Bahwa loyalitas mereka kepada pemerintah takkan pernah goyah selama pemerintahnya adalah muslim.
  • Bahwa pembagian wilayah secara administratif tidak lain hanyalah pembagian secara tekhnis belaka, untuk membudahkan kontrol yang dilakukan oleh Daulah Islamiyah dalam rangka mengelolah propinsi-propinsi yang ada. Bahwa perubahan itu tidak memberikan dampak sensitif apapun pada masyarakat umum. Bahwa perubahan ini terjadi sebagaimana terjadi pada negeri manapun saat ini. Mulai dari perluasan, penyempitan atau penamaan kembali terhadap propinsi-propinsi, distrik dan yang sejenisnya tanpa harus merombak esensi kehidupan manusia. Oleh karena itu, hal yang alami apabila wilayah utara Palestina menjadi bagian kota Yordania, juga wilayah-wilayah timur Yordania menjadi bagian Palestina. Kemudian wajar juga bila terjadi wilayah-wilayah utara Palestina menjadi bagian wilayah (propinsi) Beirut, atau kota Nablus menjadi pusat propinsi Balqa’, dan seterusnya.
  • Bahwa perasaan dan wawasan sempit dan terkungkung tidak pernah terjadi di antara mayarakat negeri Syam (dan kaum muslimin secara umum). Bahwa kebebasan untuk berpindah-pindah, bergerak, bermukim, bekerja dan kepemilikan adalah hal yang wajar dan alami yang bisa dilakukan oleh semua masyarakat negeri Syam tanpa ada perasaan sempit dan terikat.
  • Bahwa pembatasan-pembatasan berdasarkan territorial serta status kebangsaan berdasarkan domisili wilayah sangat jauh dari kehidupan masyarakat muslim sepanjang masa pemerintahan Islam sampai akhir kekhalifahan Daulah Utsmaniyah. Benih-benih kebangsaan dan nasionalisme sempit tidak pernah tumbuh kecuali setelah jaman penjajahan Barat. Namun sayang sekali hal itu tidak mengakar, kecuali dengan munculnya negara-negara domestik Arab dan negara-nagara Islam yang berdiri sendiri.
Telah menjadi kebiasaan orang-orang Arab menyebut tanah Palestina dengan nama Suriah Selatan. Ini tidak lain karena adanya anggapan bahwa Palestina merupakan bagian dari Suriah (negeri-negeri Syam). Pada masa pemerintahan Arab di Damaskus (sejak awal Oktober 1917 sampai Juli 1920), Palestina – meskipun dijajah Inggris – menjadi perwakilan dalam muktamar umum Suriah. Bahkan surat kabar Arab yang pertama kali terbit setelah penjajahan Inggris mengusung nama Suriah Selatan (Suriya al Janubiyah). Kebanyakan tokoh-tokoh Palestina berada di Suriah (Damaskus), diantaranya adalah para wakil dalam muktamar Suriah yang memproklamirkan kemerdekaan Suriah pada tanggal 8 Maret 1920. Nama ini tidak pernah lenyap dari Palestina kecuali setelah pertempuran Meislon, penjajahan Perancis atas Suriah dan jatuhnya pemerintahan Arab di Suriah pada Juli 1920.3

Di bawah kolonialisme Inggris, perbatasan antara Palestina dengan Lebanon di satu pihak dan Lebanon dengan Suriah di pihak lain. Ini berdasarkan perjanjian Inggris – Perancis yang diadakan pada 23 Desember 1920, yang kemudian ada beberapa perubahan pada tahun 1922 -1923. Adapun perbatasan Palestina dengan wilayah timur Yordania ditetapkan oleh perutusan Palestina dan wilayah timur Yordania pada awal September tahun 1922. Dengan penetapan perbatasan ini, maka luas wilayah Palestina mencapai 27009 kilometer persegi, yang membentang antara garis 29 300 dan 33 150 lintang utara, dan antara garis 34 150 dan 35 400 bujur timur. Panjang perbatasan Palestina dengan wilayah timur Yordania mencapai 360 kilometer, dengan Suriah mencapai 70 kilometer, dengan Lebanon mencapai 79 kilometer dan dengan Mesir mencapi 210 kilometer. Sedang pantai Palestina di Laut Tengah panjangnya mencapai 224 kilometer.4
Bersambung…

___
Referensi: Dr. Muhsin Muhammad Shaleh, Warsito, Lc (pent), Ardhu Filistin wa Sya’buha (Tanah Palestina dan Rakyatnya), Seri Kajian Sistematis tentang Issu Palestina (1).
___
Catatan kaki:
1 Lihat Al Mausu’ah Al Filistiniyah oleh Ahmad al Mur’asyli (Damaskus: haiah al mausu’ah al filistiniyah, 1984) 2/474-475
2 Seputar pembagian administrasi Palestina pada masa Islam, lihat Al Mausu’ah Al Filistiniyah 1/119-124
3 Ijaj Nuwaihedh, Rijalun Min Filistin (Beirut: mansyurat filistin al muhtalah, 1980) hal 314 – 315
4 Al Mausu’ah Al Filistiniyah 1/124 dan Biladuna Filistin oleh Mustafa al Dibagh (Beirut: Darul Thali’ah, 1973) 1/15-21

OMG Part II, Loe Gua PREN!!!

-IGCC- Sukses menggawangi Out Bond yang digelar oleh POLTEKKES Curup, IG kembali mengulang kiprahnya dalam menggelar Out Bond dengan tema yang sama, OMG!(Outbond Mentoring Gaul-red). Out Bond yang diselenggarakan di Pesantren Ar-Rahmah kelurahan Air Meles Atas Maret 2012 silam ini  diikuti oleh berbagai siswa Sekolah Menengah Atas di kawasan Curup. Hadir dalam acara ini perwakilan dari SMAN 1 Curup Timur, SMKN 1 Curup Timur dan SMKN 1 Curup Selatan. Out Bond yang mengusung jargon, Lo Gua Fren ini diikuti lebih dari delapan puluh peserta.

serunya berbasah ria

Dalam acara Out Bond kali ini, IG kembali membuat "geger" para peserta dengan berbagai macam game yang disuguhkan. Meski sempat diguyur hujan, acara tetep berjalan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Peserta diajak untuk menyusuri perkebunan dan disuguhi dengan game-game yang diharapkan mampu memberikan bekal guna membentuk team building dan kekompakkan kelompok.

Ditemui secara terpisah, Koordinator Pelaksana OutBond, Rifki Arifin mengungkapkan tujuan diselenggarakannya Out Bond ini,
"Diharapkan game-game dan materi yang disampaikan oleh trainer ini bisa ikut membentuk mental dan kepribadian yang disiplin dan tangguh bagi pesertanya."
Lebih jauh, Rifki mengharapkan akan adanya Forum yang dapat memfasilitasi terjalinnya silaturahim yang berkelanjutan antar Organisasi Kerohanian Islam masing-masing sekolah.
"Semoga silaturahim sesama pengurus ROHIS SMA ini bisa ditindaklanjuti dengan adanya Forum yang bisa memfasilitasi koordinasi antar pengurus" (catur)

tiada tangan mulutpun jadi


Cantik Ruhiyah, Pancarkan Inner Beauty

-IGCC- Sesungguhnya amal kebaikkan itu akan memancarkan cahaya dari dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki, dan menumbuhkan rasa cinta manusia padanya” (Ibnu Abbas)

Mudah bahagia, tidak gampang stres. kuat melalui berbagai tantangan hidup, dan disukai orang lain, lebih dipengaruhi oleh kecantikan batin daripada kecantikan fisik. Kecantikan batin sebagai pancaran kekuatan ruhiyah dan keshalehatan diri, akan melahirkan konsep diri seorang wanita yang tiada banding. Tak memiliki kecantikan fisik tak perlu risau. Akan sangat membahagiakan ketika orang bisa menghargai dan menyadari arti penting kita karena ‘sesuatu dalam diri kita’ yang tak terbantahkan. Itulah pancaran inner beauty. Lalu. bagaimana Islam memperkokoh inner beauty kita?


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...