Senin, 25 Maret 2013

WANITA, MULIAKANLAH DIRIMU...


-IGCC-  Dia begitu cantik, begitu memukau. Ia sebagai perhiasan di dunia dan semestinya demikian adanya kelak ketika surga ditampakkan dan neraka dibentangkan. Sayang, beberapa riwayat dari rasulullah SAW menyebutkan betapa banyaknya wanita yang kelak akan menghuni neraka.

“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari, no. 3069 dan Muslim no.7114, dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)

Ah, engkau begitu mulia mestinya. Bahkan golonganmu menjadi orang yang mesti ditaati dalam urutan teratas setelah Allah dan rasul-Nya,

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Syariat ini turun salah satunya untuk mengangkat kedudukanmu yang terlecehkan sebelumnya. Bukalah sejarah dan lihat apa yang diperlakukan kebanyakan orang kepadamu sebelum syariat ini diturunkan. Tengok pula serangan kaum muslimin ke pemukiman Bani Qainuqa' akibat terbunuhnya seorang mukmin yang coba melindungi harga dirimu itu.

Namun masa kini, tengoklah apa yang terjadi padamu. Syariat hendak melindungimu, menjagamu, karena betapa tak ternilainya kehormatanmu tetapi malah dengan mudah kau gadaikan kesucianmu. Hijab yang Allah tuntunkan padamu bukan untuk mengekangmu atau mempersulitmu. Allah hendak menunjukkan keistimewaanmu hanya pada orang terkasih yang kelak dengan jantan meminangmu.

Ah wanita, betapa sulitnya memahami dirimu. Ketika ditanya, dengan lantang kau katakan betapa mengharapnya dirimu akan surga-Nya. Namun mengapa perintah-Nya kau abaikan begitu saja hanya demi nafsumu tuk mengikuti mode-mode dunia yang membutakanmu?

Dari Curup, Bengkulu, ke Jakarta kota Ibukota, hingga aku kembali ke Pati, Jawa Tengah_tempat aku dibesarkan, kudapati kebanyakan darimu adalah mereka yang suka merayu. Menggoda mata dengan lekuk indah tubuhmu. Dari pedalaman desa ke kota, jalanan raya hingga Bandar udara semuanya menjadi tempat yang dipenuhi dengan dirimu yang enggan menjaga martabatmu.

Pantas bila Imam Qurtubhi berkata,
“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)

Komentar ini muncul atas sabda Muhammad SAW,
“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim, no. 7118).

Betapa aku khawatir, karena pemandangan ini telah dianggap lumrah oleh kebanyakan manusia.

“Agama itu ketika kau tengah menyembah, bersembahyang pada Tuhanmu. Jangan kau campur-baurkan dengan hidup sosial sehari-harimu.” Ini kata sebagian orang ngawur yang memisahkan fungsi syariat dengan hidup bermasyarakat, mengagung-agungkan konstitusi hingga mengesampingkan syariat atau bahkan menuhankan akal, pikiran dan nafsu sesaat.

Tengoklah, berapa banyak mereka yang prihatin akan kondisimu kini? Bahkan sebagian darimu meresa risih ketika kami ajak untuk memperbaiki diri.

“Jangan ajari kami cara berpakaian.” Ujar mereka.
“Urusi saja kemiskinan yang masih di mana-mana!”, timpal yang lain.
“Kami ini setara dengan kaum pria, kami berhak dan lebih tau apa yang terbaik buat kami.” Sebagian yang lain turut berargumentasi.

Ah sudahlah, aku tuliskan ini sebagai nasehat untuk kita bersama. Bagimu para wanita agar engkau senantiasa menjaga kehormatan dan martabatmu. Hijablah dengan benar tubuh muliamu itu.

“malu itu sifat yang baik. Pada diri wanita ia menjadi lebih utama,” sabda rasulullah tentang dirimu.

Dan untuk kaum lelaki, jagalah pandanganmu. Jangan kau biarkan nafsu membutakanmu dari mengingat Allah. Nasehatilah saudarimu yang tengah melupakan perintah Rabbmu.

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,”Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak di ganggu.” (Ahzab-59)

Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka dan ….(QS. An-Nur : 31)

04 September 2012, happy International Hijab Day.

Kamis, 21 Maret 2013

Kajian Keputrian Forris : Ups, I'm in love [ada bonus surat buat 'nembak' gebetan loh..]

-IGCC- Selasa, 12 Maret 2013 lalu, bidang keputrian ForRis mengadakan kajian keputrian yang membahas tuntas mengenai pacaran dalam Islam. Tercatat, 46 siswi dari 5 Sekolah menghadiri kegiatan yg diadakan di musholah MAN 1 Curup itu. Siswi-siswi dari MAN 1 Curup, SMAN 1 Curup Kota, SMKS 3 Idhata, SMAN 1 Curup Timur dan SMKN 1 Selupu Rejang ini sudah berada di tempat sejak jam 9 pagi, padahal kegiatan baru akan dimulai jam 9.30 loh, sobat IG-ers..

'killing the time'..seru-seruan duyu bareng ayuk Cory..

say..
marina menari..
di atas menara..
di atas menara..marina menari..



hati2 salah gerakan yaakkkk..  ^__^

ehh..kembali fokus ke bahasan..
 
"Pacaran itu boleh g sihh?" tanya Uni Rizka di awal bahasan.
ada yg jawab 'boleh..' ada yg jawab 'g bolehhh...' ada yg bingung mo jawab apa coz masih lugu..
*ehh

"pacaran itu boleh, dek.." kata Uniz Rizka slanjutnya.
SWING!!

si pelaku pacaran lega..
yg anti-pacaran bingung..

"boleh klo udah nikah.." lanjut uni Rizka..

[hanyoooww...gantian siapa yg bingung.. :D ]

nyimak materi dr Uni Rizka

*bahasan lengkap ttg pacaran..baca di sini yaa..

kajian ini tidak monoton bahas materi panjang lebar loh, Sobat IG-ers, lebih banyak sharing dan diskusi kasus. Belum lagi habis materi disampaikan, beberapa peserta terlihat sesegukan menahan tangis..
*mmm..knp ya tuu

Lantas..klo terlanjur 'main hati'..gimana dunx??

ini dia hasil kajian teman2 keputrian yg patut dicoba..
  1. perbanyak doa, minta penjagaan ekstra untuk hati
  2. hindari ikhtilat 
  3. yakin janji Allah itu pasti
  4. titipkan pada IA Sang Pemilik
paling awal dari itu semua..beranikan diri utk 'nembak' sang pujaan hati.

contoh suratnya boleh Co-Pas surat ini ni..
>>


Surat PHP (Putus Hubungan Pacaran)

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Ba’da tahmid dan shalawat…
Syukur pada Allah yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbarui taubat.

Akhi, rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang Tak Pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam. Yang siap Memberi apapun yang kupinta. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya.

Maaf Akhi, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil dan kerdil di hadapanNya. Dan, akhi, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya murka. Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras SiksaNya.


Akhi, belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan olehNya. Ia bisa marah, akhi. Marah tentang saling pandang yang kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita yang belum halal itu, marah karena suatu ketika dengan terpaksa aku harus membonceng motormu, marah karena pernah ketetapanNya kuadukan padamu atau tentang lamunanku yang selalu membayang-kan wajahmu. Ia bisa marah. Tapi sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga Ia mau Memaafkan dan Mengampuni. Akhi, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf, Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.

Akhi, jangan marah ya. Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku padaNya, tidak pada selainNya. Tapi tak cuma aku, akhi. Kau pun bisa menjadi kekasihNya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan. Caranya satu, kita harus jauhi semua larangan-laranganNya termasuk dalam soal hubungan kita ini. Insya Allah, Dia punya rencana indah untuk masa depan kita masing-masing.

Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenciNya, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang wanita shalihah. Ya, wanita shalihah yang pasti jauh lebih baik dari diriku saat ini. Ia yang akan membantu-mu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridha Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah doaku untukmu, semoga kaupun mendoakanku, akhi.

Akhi, aku akan segera menghapus namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini. Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah. Ya, saudara di jalan Allah, akhi. Itulah ikatan terbaik. Tak hanya antara kita berdua. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu beliaupun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.

Maaf akhi. Tak baik rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini merusak hati. Goresan pena terakhirku di surat ini adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita, Insya Allah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
[Demikianlah isi surat yang dihadiahkan oleh Salim A. Fillah dalam buku ”Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan”.]

noohh..dijamin yg kena 'tembak' langsung ketar ketirr.. ['syetannya' yg ditembak yaakkkk.. :D ]

***




seru kaann...
yang g datang rugi kan kan kan..
tunggu info kegiatan keputrian Forris berikutnya di group Forris yaaa.. ^__^





Selasa, 19 Maret 2013

Kala Hati Tak Lagi Bening

Malam itu, sabtu minggu ketiga di awal tahun 2013 ini, kalau aku tak salah ingat, Allah menegurku lewat lelaki-lelaki kecil itu. Lelaki-lelaki kecil santri SDIT Khoiru Ummah di bilangan Rejang Lebong, sebuah kota kecil di Bengkulu  itu kudengar sedang asyik berdialog dengan ustadz mereka. Malam mulai larut, sisa-sisa aroma jamaah isya pun hampir tak berbekas. Khusyuk aku menyimak dialog mereka, dari luar ruangan, tanpa sepengetahuan kedua pihak. Si ustadz ini lebih banyak bicara, sementara murid-muridnya hanya terdiam, sesekali mereka mengiyakan pernyataan si ustadz. Atau terkadang mereka menjawab dan membalas pertanyaan yang terlontar dari sosok tegas yang masih muda itu, masih seumuran denganku.

Angin semilir yang berhembus sesekali mengalihkan perhatianku dari dialog mereka. Hingga entah menit keberapa, aku tak tahu pastinya, isak tangis mulai terdengar dari dalam ruangan. Mula-mula terdengar pelan, seorang dua orang terkaku. Hingga kata-kata dari sang ustadz ini mulai berhasil menyentuh hati mereka, dan riuhlah suasana kala itu. Hampir semua yang ada di dalam ruangan menangis, menyesal atas kesalahan dan khilaf yang telah mereka lakukan. Isak tangis bergema kencang, hatiku mulai bergetar, miris mendengar tangisan mereka.

Santri-santri kelas 4 dan 5 itu mengajariku, tentang lembutnya hati. Dengan mengingat khilaf, mereka menangis sejadi-jadinya, memohon ampun akan salah yang mereka lakukan. Khilaf karena lalai dalam shalat, khilaf karena menyakiti perasaan orang tua, khilaf karena tak patuh terhadap ustadz-ustadz mereka. Ya Allah, betapa lembutnya hati-hati mereka, hingga dengan nasehat singkat dari si ustadz mereka segera ingat, beristighfar dan menangis menyesali perbuatan mereka.

Lantas akupun termenung mengasihani diriku yang sulit sekali menangis bila mendengar nasehat, seruan untuk bertobat. Entah, berapa banyak nasehat yang telah aku dengar akan perkara taubat ini. Namun tak sekalipun rasanya,hati ini menangis dibuatnya. Air matapun terasa kering, seolah kemarau telah menyurutkan sumber-sumbernya.

Padahal aku pernah membaca bahwasanya Ibnul Qayyim rahimahullah pernah bernasehat, “tatkala mata telah mengalami kekeringan disebabkan tidak pernah menangis karena takut kepada Allah ta’ala, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya keringnya mata itu adalah bersumber dari kerasnya hati. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.”

Allahu Rabbiy. Jangan Engkau biarkan hati ini mengeras sekeras batu.

---**---


“Segala sesuatu memiliki ciri, sedangkan ciri orang yang dibiarkan binasa adalah tidak bisa menangis karena takut kepada Allah.”
(Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah dalam kitab Al Bidayah Wanihayah)

Mungkin saja hati kita ini telah mengeras sekeras batu, hingga curahan air hikmahpun tak mampu dengan mudahnya meluluhkan hati. Maaf, bukan hati kita, bukan hatimu tentunya. Sebenarnya hatiku yang mulai mengeras. Padahal sekeras apapun batu itu, maka ia semestinya dapat luluh akibat pancaran air. Lalu bagaimana dengan hati yang telah membatu bahkan mati? 

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
(Al-Baqarah:74)

Dulu sekali aku teringat akan pesan-pesan Rasulullah SAW yg sampai  ke telingaku lewat lisan guruku. Matinya hati itu banyak penyebabnya. Banyak tertawa, terlalu banyak makan, banyak omong, salah pergaulan dan yang paling susah diobati adalah terus-menerus bermaksiat. Maksiat ini, mulanya membuat resah pelakunya. Namun karena sering dilakukan, sensor yang ada dalam hatipun tak mampu lagi mengenalinya sebagai kesalahan. Rusaklah sensor itu maka matilah hati si empunya. 

Akupun tersadar bahwa hukuman terberat bagi seorang pendosa adalah manakala ia tak lagi mengenali perbuatan dosanya sebagai kekeliruan. Ia menikmatinya, maksiat terasa indah baginya, dan nur Ilahiahpun makin susah menembus tembok kalbunya. Jauh sebelum aku menyadari hal ini, Syaikh As-Sa’di Rahimahullah pernah menulis dalam kitabnya Al-Karim Ar-Rahman, bahwa kerasnya hati ini termasuk hukuman paling parah yang menimpa manusia (akibat dosanya). Ayat-ayat dan peringatan tidak lagi bermanfaat baginya. Dia tidak merasa takut melakukan kejelekan, dan tidak terpacu melakukan kebaikan, sehingga petunjuk (ilmu) yang sampai kepadanya bukannya menambah baik justru semakin menambah buruk keadaannya.

Bersyukurlah bila masih ada rasa takut kepada Allah, manakala hatimu pernah terasa mengeras, laiknya hatiku. Karena bila aliran air-air hikmah tak mampu lagi memecah kerasnya batu, maka batu itupun masih akan terjatuh, “meluncur jatuh karena takut pada Allah.” Bila nasehat tak lagi mampu menembus benteng kokoh yang mengelilingi hati maka segeralah ingat pada Allah. Takutlah pada-Nya. Senandungkan bait-bait cinta-Nya yg tersampaikan melalui kekasih tercinta, Muhammad SAW. Resapi maknanya dan banyak-banyaklah menyebut nama-Nya. Ingat kebesaran-Nya, ingatlah akan nikmat lahiriah yang tak sedikitpun diambil darimu karena ulah maksiatmu atas-Nya. Dan ingat kembali dosa-dosamu itu yang engkau sendiri tak kuasa menghitungnya, padahal ia memiliki catatan lengkap yang tak luput sedikitpun. Semoga dengannya, air-air bening penyesalan mulai mengalir dari mata indahmu dan sumber-sumbernya tak lagi kering kerontang. Maka puaskanlah untuk menangis sejadi-jadinya. (catur)



LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...