Kamis, 11 Juli 2013

-IGCC- Ibadah Ramadhan ternyata bukan  penghalang bagi sebagian pesepakbola profesional. Kolo Habib Toure, pemain asal Pantai Gading menyatakan kegiatannya tak berbeda saat menjalani ibadah puasa.
Pemain yang kini merumput bersama Liverpool itu mengungkapkan, menjalankan ibadah puasa menguatkan mentalnya. Dan dia menyambut gembira datangnya bulan Ramadan.
Dalam wawancaranya dengan laman resmi klub di Melwood, Toure menyampaikan pentingnya arti puasa bagi dirinya. Ia menyatakan memperoleh banyak manfaat  dengan puasa.
“Anda diwajibkan tidak makan dan minum di siang hari selama 30 hari, mulai dari jam tiga pagi hingga sepuluh malam. Di waktu ini, Anda tidak bisa makan atau minum. Setelah matahari terbenam, Anda baru boleh melakukannya,” ujar Toure.
Menurut Kolo, ia selalu berpuasa di bulan Ramadan sekalipun aktif di sepakbola.
“Tentu saja berat. Tapi ketika Anda percaya kepada Tuhan, tak ada yang tak mungkin,” tambah kakak kandung dari Yaya Toure ini.
Bek sentral yang pernah merumput di Arsenal dan Manchester City ini menambahkan, dengan menjalankan ibadah puasa, secara tidak langsung dirinya meningkatkan sikap displin, dan mengendalikan mental. Ibadah ini juga tidak mengganggu program latihan yang diberikan klub.
“Anda butuh kedisiplinan. Bagi saya, lima hari pertama akan sulit, tapi setelah itu, tubuh sudah mulai beradaptasi, dan Anda merasakan kegembiraan. Bahkan Anda menjadi makin kuat setelah Ramadhan,” jelasnya.
Rencananya, selain tetap berpuasa selama Ramadan, pemain berusia 32 tahun ini juga ingin merayakan Idul Fitri bersama keluarganya di Liverpool, dan menyampaikan ucapan selamat kepada mereka yang menjalankan ibadah puasa.
“Saya akan merayakannya seperti halnya kaum muslim yang lain – bersama keluarga saya, istri dan anak-anak saya,” ucap Toure. [islamedia]

Di Denmark, Puasa Tahun Ini Hingga 21 Jam

-IGCC- Variasi jumlah jam puasa di bulan Ramadan di seluruh dunia tergantung pada wilayah geografis, dan itu akan menjadi Muslim di Eropa pada tahun ini adalah yang tertinggi dalam jumlah jam puasa, yang akan mencapai maksimal 21 jam di Denmark, sementara jam puasa paling sedikit adalah untuk Muslim Argentina 9 setengah jam.

Terlepas dari adanya fatwa dari Al-Azhar Al-Sharif yang memungkinkan negara-negara yang mencapai jam puasa tinggi untuk adopsi negara Muslim terdekat, umat Islam di Denmark sepakat untuk berpuasa dari mulai fajar hingga matahari terbenam (21 jam), seperti yang dinyatakan Hussein Ghiwan, dari Pusat Kebudayaan Islam Kopenhagen.

Jumlah jam puasa di Timur Tengah antara 14 dan 15 jam, seperti yang terjadi di Arab Saudi dan Yaman, tidak berbeda di Afrika Utara, di mana jumlah puasa jam sampai 14 jam di Libya dan Maroko, dan naik ke 16 setengah jam di Kairo, dan meningkat lagi jam puasa di Belanda dan Belgia 18 setengah jam, naik lagi jumlah jam puasa di Islandia 20 jam, dan untuk negara-negara seperti Brazil memiliki 11 jam sedang di Australia 10 jam.

Dan jam puasa tinggi ini bertepatan tahun ini dengan suhu tinggi, yang diperkirakan akan mencapai suhu di negara-negara Teluk hingga 50 derajat. [islamedia/nabdapp]
 
 

Rabu, 10 Juli 2013

Syukurku, Telah Kau Sampaikan Aku Pada Sayyidus Suhur

-IGC- Dua bulan lalu, masih jelas dalam ingatan, di awal Rajab yang syahdu itu, jutaan muslimin di berbagai belahan dunia khusyuk dalam doanya,

“Ya Tuhan kami, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan pertemukanlah kami dengan Ramadhan

Dua bulan pula waktu yang telah dipergunakan untuk menyambut penghulu segala bulan. Mulai dari membiasakan shalat berjamaah di masjid, meningkatkan intensitas tilawatil quran, hingga berlatih melaksanakan puasa di bulan tersebut.

Rindu itu kini terbayarkan sudah. Semerbak Ramadhan telah memenuhi rumah-rumah, masjid-masjid, pusat perbelanjaan hingga jalanan. Wanginya tercium sudah. Senyum  dan salam bertebaran, Suara lantunan tilawah quran bersahutan. Ada syahdu di sana. Pengajian dan majelis ilmu membludak. Membludak jumlahnya, membludak pula jamaahnya. Stasiun TV berlomba untuk tampil seislami mungkin, turut memeriahkan, meski ada kesan komersiil tentunya.

Sanak-kadang berkumpul. Keluarga menyatu di atas meja makan. Canda, tawa dan riuh mengiringi dentingan suara sendok garpu yang beradu dengan piring. Kebersamaan yang mahal bagi sebagian mereka yang tersibukkan dengan rutinitas sehari-hari, menjadi anugerah.

Memberi menjadi ringan, uang tak hanya tersimpan. Kotak-kotak amal penuh, lalu lintas transfer rekening meningkat pesat, para eksekutif turut menyisihkan rekening mereka untuk berderma. Lembaga-lembaga amal berlomba-lomba mengumpulkan dana, untuk disalurkan pada yang tak berpunya tentunya. 

Syukurku, terlantun lirih. Tarawih pertamapun terasa syahdu. 

Namun sejenak aku merenung, linglung. Maukah engkau turut dalam lamunanku kawan?
Ada yang aku khawatirkan, kalau-kalau kesan ini hanya sepintas. Hanya dari penglihatan zhahir yang menipu. Semerbak ini memang terlihat bahkan tercium di keramaian, tapi sudahkah ia mewangi di hati-hati kaum muslimin, di hatiku, di hatimu? Sudahkah ia memenuhi ruang-ruang hati yang telah lama mengeras sebab cintanya ia pada dunia? Rabbanaaghfirlaanaa…

Allah, Yaa Lathiif, lembutkan hati-hati kami untuk senantiasa takut padamu.
Yaa Rahman yaa Rahiim, kasihilah kami hingga kami mencintaiMu, mencintai utusanMu, mencintai kalamMu dan mencintai RamadhanMu ini melebihi cinta kami pada dunia.

Bila Ramadhan ini telah wujud dalam zhahirnya, mari kawan jadikan ia sebagai momentum untuk menghadirkan cinta kita pada Dzat Yang Maha Agung, Maha Perkasa. Baca dan resapi KalamNya yang ia titipkan lewat kekasih kita Muhammad Sallallahu alaihi wasallam.

“Allahumma a’inna ‘alaa tilawatil qur-an,
Allahumma a’inna ‘alaa hifzhil qur-an.”

Cinta itu wujud tatkala engkau sibukkan hatimu untuk mengingat-Nya.
wujud cinta itu kala engkau bersegera memenuhi panggilan-Nya.

Allahu a’lam. (Red)

Selasa, 09 Juli 2013

8 Renungan Menjelang Ramadhan

-IGCC- Ramadhan tinggal menghitung menit Sob. Berikut, setidaknya ada 8 hal yang mesti menjadi renungan buat kita agar Ramadhan kita kelak lebih bermakna. Simak yuk!

Renungan pertama, mari kita renungkan untuk apa Allah menciptakan kita? Jawabannya ada di Adz Dzariyat 56, “Dan tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah untuk-Ku”. Jelas, hikmah penciptaan kita adalah beribadah kepada Allah (dalam makna yang luas). Al Imam Nawawi berkata, “Ini adalah penjelasan yang sangat jelas bahwa mereka diciptakan supaya beribadah pada Allah”. Maka kita harus berusaha menjadi sebagaimana pihak yang diciptakan. Kita sadari bahwa dunia akan habis, tidak kekal. Dunia hanya transit sebelum negeri kekal akhirat. Definisi ibadah bahkan mencakup segala hal yang mendatangkan cinta dan ridho Allah baik ucapan/perbuatan, lahir dan batin. Maka ibadah dikenal 2 macam : mahdhah (murni ibadah) dan ghairu mahdhah (semula bukan ibadah, tapi diniatkan untuk mencari ridha Allah, mendatangkan cinta Allah).

Renungan kedua: Kita renungkan betapa Allah telah memberikan nikmat usia hingga kita bisa sampai di detik-detik menjelang bulan mulia ini. Di luar sana, berapa rekan-rekan kita yang telah tiada, sedang Allah masih memberikan kita sisa usia. Sebuah kesempatan untuk membawa bekal, untuk taat. Karena umur adalah modal. Waktu seorang muslim sangat berharga. Mari manfaatkan hidup sebelum datang kematian. Kita manfaatkan sehat sebelum sakit, lapang sebelum sempit, kaya sebelum miskin. Orang terbaik adalah orang yang umurnya panjang dan perbuatannya baik. InsyaAllah.

Renungan ketiga: Pentingnya ikhlas. Amal haruslah ikhlas, jika tidak maka percuma, karena Allah takkan menerima. Jadi, perbaiki niat kita. Kalau tidak ikhlas, terlanjur lelah payah tapi tertolak amalnya. “Orang yang mengamalkan suatu amalan lalu dia menyekutukan Aku dengan yang lain, maka aku tinggalkan ia”. Allah hanya menerima amal yang 100% untuk-Nya. Sebuah hadits, yang cukup menampar kita. Tiga kelompok yang dibakar di neraka oleh Allah, “Orang yang mengajarkan ilmu dan pandai membaca Al Qur’an; Orang yang dermawan; Berperang sampai syahid, ketiganya tidak murni niatnya, sehingga wajahnya ditelungkupkan dan diseret ke neraka. Mereka ingin dipuji didengar, atau amal akhirat digunakan untuk meraih dunia.” Para salafusholeh usai beramal selalu merenung, ‘Allah hanya menerima dari orang bertaqwa’. Maka selalu lah mawas diri, introspkesi diri.

Renungan keempat: Banyak berdzikir pada Allah Swt (Al Ahzab 41-42). Satu amalan yang bisa dijadikan
pegangan, “Lisanmu selalu basah dengan dzikir pada Allah”.

Renungan kelima: Ramadhan merupakan bulan Al Qur’an. Karena itu, bacalah dan pelajari Al Qur’an. Terlalu banyak kebaikan dengan Al Qur’an, takkan ada ruginya. Maka, minimal khatam 1 kali selama Ramadhan. Bacalah dengan tartil, perenungan, tidak cepat-cepat. Tidak akan sengsara orang yang menjadikan Al Qur’an sebagai pegangan hidup.

Renungan keenam: Ramadhan adalah kesempatan berdakwah. Dakwah menjadi warisan akan tugas para Nabi dan Rasul, orang-orang yang berusaha memperbaiki. Ketika Ramadhan, jiwa-jiwa terbuka menerima nasehat. “Sekiranya Allah memberi hidayah kepada seseorang melaluimu itu lebih baik daripada onta merah”. Berdakwah itu lebih bagus, dibanding hanya ibadah diri sendiri.

Renungan ketujuh: Hindari majelis yang sia-sia, tempat yang membuang waktu percuma dan tak ada faedahnya. Karena ini akan menjerumuskan kita pada murka Allah Swt. Isinya hanya ghibah, namimah, berbohong, dll. Sehingga seseorang terlibat dalam maksiat mulut, telinga, dll. Mari perbanyak amal sholeh. Modal kita adalah waktu. “Nikmat yang kebanyakan manusia meremehkannya, yaitu nikmat sehat dan nikmat kesempatan”.

Renungan kedelapan: Mari jadikan Ramadhan sarana memperbaiki diri dan orang-orang sekitar. Allah berfirman dalam At Tahrim 6 , “Hai orang beriman, selamatkan dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Maka, jadikan Ramadhan sebagai sarana dan waktu untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah, dengan rasul, dengan orang tua, dengan masyarakat.”

Mari optimalkan amal baik. Semoga Allah selalu memberkahi setiap detik kita,
Ramadhan dan juga seterusnya. –Sumber: Ust Abdullah Shaleh Hadrami- (disadur dari Buletin An-Nahl, terbitan Rumah Quran Bintaro)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...