19.17
Iqra Generation Cabang Curup
No comments
-IGCurup- Detik berganti, sembari mengantarkan 1434 H ke penghujung tahun. Dzikir akbar di mana-mana, Istighosah dan Muhasabah membahana. Tak ketinggalan, pengajian dan agenda mabitpun bertebaran. Tak ada yang salah dengan fenomena ini. Ada maslahah mursalah di sana. Mengingatkan manusia bahwasanya waktu terus berputar, dunia menua dan akhiratpun semakin mendekat. Lekat.
Namun semestinya, bukan hanya di momen pergantian tahun ini kita merefleksikan hidup kita, untuk apa usia kita habiskan, kegiatan apa yang kita gunakan untuk mengisi waktu luang dan sejauh mana perintah Yang Maha Rahman telah kita kerjakan.
Untuk saat ini mari kita sejenak renungkan hari-hari yang telah kita lalui.
Mari sama-sama kita simak tulisan dari Syaikh Aidh Al Qarni, mengenai hal ini;
-
“Tahukah anda bahwa diatas kepala Rasulullah Saw pernah diletakan isi
perut hewan, kedua tumitnya berdarah, gigi serinya dirontokan, kepalanya
terluka, dan orang-orang yang disayanginya terbunuh? Beliau mengikat
perutnya dan mengganjalnya dengan batu karena kelaparan, mengalami
kekalahan dalam sebagian peperangan, lambungnya yang suci tidak luput dari
cobaan, pernah disekap, pernah mendengar cacian dikedua
telinganya, melihat dengan mata kepala sendiri berbagai tipu muslihat yang
ditujukan kepada dirinya, diusir dari kampung halamannya dan dituduh gila, tukang sihir dan tukang ramal
- Tahukan
anda Umar r.a di tusuk dimihrab dan tubuhnya dirobek dengan tombak kecil. Usman
r.a darahnya mengalir membasahi mushaf yang dibacanya karena pedang
pemberontak, saat itu ia berusia 80 tahun. Adapun Ali r.a dipukul pelipisnya
dengan pedang oleh orang Khawarij, darah
mengalir membasahi jenggotnya.
- Tidakkah
anda tahu bahwa Ahmad bin Hanbal dijebloskan kedalam penjara, dicambuk dengan
cambuk yang melukai, dilarang mengajar, dan ditakut-takuti akan dibunuh. Ibnu
Taimiyah dijebloskan kedalam penjara. Darahnya
dialirkan, kehormatannya dilecehkan,
dan agamanya dicurigai.
Itulah
sekelumit perjuangan pendahulu, dan kita yang duduk di masjid ini, atau
di rumah tentunya
tidak akan mengalami seperti apa yang digambarkan diatas. Namun demikian
perjuangan menegakkan kalimah Allah tidak pernah terputus karena musuh-musuh
Allah baik dalam bentuk jin dan manusia terus bergerak secara dinamis mengikuti
dinamika umat. Makin kuat komitmen
terhadap kalimah “laa illaha ilallah”, maka makin kuat pula tekanan yang
diberikan oleh musuh-musuh Allah. Ini adalah sunatullah. Sebaliknya, lemahnya
kalimah “laa illaha ilallah” lemah pula tekanan yang diberikan, karena
bercampurnya antara ketauhidan dengan syirik, ketaatan dan kemunafikan,
semuanya menjadi kabur maka bersukarialah para musuh Allah karena tujuannya
tercapai.
Oleh
karena itu momen perenungan harus diikuti dengan instropeksi terhadap diri
masing. Jika kita simak peringatan Allah Swt :
“Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah,
(Qs Al Hasyr : 18).
Ini
bermakna, hisablah dirimu sebelum
dihisab oleh Allah, dan lihatlah apa yang telah kamu tabung untuk diri-diri
kamu, berupa amal-amal saleh, untuk hari di mana kamu akan kembali berhadapan
dengan Tuhan-mu (tafsir Ibnu
Katsir). Sudah
menjadi kebiasaan setiap peringatan hijrah para khatib selalu mengingatkan umat
untuk melakukan instropeksi demikian juga
berbagai tulisan mimbar Jum’at di media cetak mempunyai anjuran yang sama. Tetapi jika
kita mau merenung lebih jauh lagi sebenarnya untuk memeriksa diri
(muhasabah) tidak perlu sampai akhir
tahun tetapi setiap waktu sholat kewaktu sholat adalah proses memeriksa diri.
Bukankah setiap shalat kita mengucapkan kalimat istighfar yaitu mohon ampun dan
bertobat. Allah Swt berfirman
“dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang yang beriman supaya kamu
beruntung. (Qs An Nur : 31).
Taubat ialah meninjau perbuatan dengan
menyelesalinya setelah dikerjakan. Umar r.a memberi contoh, ia memukul kedua kakinya dengan cemeti
apabila malam telah larut seraya berkata
kepada dirinya, “apakah yang telah kamu perbuat hari ini.” Dengan penjelasan
ini, maka moment peringatan hijrah merupakan instropeksi tahunan disamping
instropeksi harian yang muaranya membentuk umat yang benar-benar bertaubat dan
selalu mawas diri.Ibnu Qayyim Al Jauziyyah da-lam bukunya “Melumpuhkan Syetan” memberi tuntunan untuk
memeriksa diri sebagai berikut :
- Hendaknya ia menghisab dirinya
dalam hal-hal yang wajib, jika ia ingat ada yang ditinggalkan maka ia harus
menyusulnya, baik dengan qadha atau dengan perbaikan.
- Hendaknya ia menghisab dirinya
dalam hal-hal yang dilarang. Jika ia mengetahui ada sesuatu yang dilanggar maka
hendaknya ia segera menyusulnya dengan taubat, istighfar dan berbagai kebaikan
yang menghapus dosa.
- Hendaknya ia menghisab atas
kelalaian dirinya. Jika ia lengah tentang untuk apa ia kerjakan maka hen-daknya
ia menyusulnya dengan dzikir, menghadap kepada Allah.
- Hendaknya ia menghisab apa yang
telah dibicarakan, atau kemana kakinya melangkah, atau apa yang di-ambil oleh
kedua tangannya, atau apa yang di dengar oleh kedua telinganya. Semuanya dihisab
dengan tiga pertanyaan :
a.
untuk apa
dilakukannya,
b.
untuk siapa dan
c.
dasar apa dilakukan
semua itu ?
Memeriksa diri bukan
pekerjaan mudah, tetapi harus dilaksanakan bukan diremehkan, jika tidak dilaksanakan akan menghantarkan
seseorang kepada kehancuran. Dan itulah orang orang-orang yang terperdaya menutup
mata dari segala akibat, menantang keadaan dan bersandar ha-nya pada
ampunan. Seandainya saja ia mengikuti
kebenaran, niscaya ia akan tahu bahwa penjagaan nafsu lebih mudah dari pada
meliarkannya.
Mudah-mudahan
perenungan semangat hijrah ini menambah ketakwaan kita kepada Allah Swt . Amin
Wallahu ‘alam bish shawab (red)
Posted in: Hikmah
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar
tinggalkan komentar anda di sini