Senin, 11 Juni 2012

HIDAYAH, Untuk Dijemput, Bukan Ditunggu!

-IGCC-
 “Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi manusia sedikitpun, tetapi manusia itulah yang menzhalimi dirinya sendiri.” (Yunus:44)


Dalam lingkaran kecil itu, mereka, para pemuda itu tengah merenung, berdiskusi ihwal hidup mereka di bumi ini. Membincangkan betapa kurang bersyukurnya mereka akan nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Betapa tidak? Dengan begitu besar dan banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada mereka, taksatupun dari mereka yang melaksanakan perintah Allah kepada mereka. Shalat berjamaah!! Hanya 5 waktu dalam sehari, Cuma satu jam seharinya, menurut hitungan mereka. Padahal mereka bersepakat bahwa perintah ini adalah mutlak suatu kewajiban yang semestinya tak ditinggalkan walau dalam keadaan sakit sekalipun. Allah… lirih salah seorang mereka sambil menghela napas.

Di tempat lain, seorang ayah tengah menemani buah hatinya, dua tahun usianya. Si gadis kecil merengek minta sang ayah untuk pergi ke masjid.  si kecil ingin pergi ke masjid untuk Shalat!!! Ia terus merengek, merajuk pada ayahnya. Akhirnya sang ayah menuruti keinginan putrinya, tetapi setelah jamaah maghrib “bubar”. Aneh pikirku.

Ah, siapa nama gadis kecil itu? Dengan lugunya ia menghampiriku yang sedang asyik duduk sambil melantunkan  ayat-ayat suci al Quran. Kurengkuh ia yang masih suci itu… Kududukkan di atas pahaku. Dengan tenangnya ia menyimak bacaan Qur’anku. Dalam lantunanku aku tengah berfikir betapa Allah tengah menunjukkan hidayahNya pada ayah gadis kecil itu, tetapi tak segera disambutnya hidayah itu. Ah, betapa meruginya ia. Lirih aku berdoa, untuk sang ayah dan pula untuk si kecil yang cantik itu. Kukecup keningnya… “Allah, ‘alimha fil Qur’an”, ujarku lirih.

“Sesungguhnya, telah Kami tunjukkan kepadanya jalan yang lurus, sebagian ada yang bersyukur dan sebagian yang lain kufur”. (Al-Insaan:3)

Allah tak sedang menzhalimi hamba2 Nya. Hidayah dari Allah bisa datang kepada siapa saja dan kapan saja. Allah telah menunjukkan jalan kepada manusia. Namun, respon dari manusia inilah yang berbeda-beda. Sebagian ada yang bersyukur dengan menapaki jalan yang telah Allah tunjukkan dan yang lainnya kufur serta mengingkarinya.

Karena hal itulah betapa jenuhnya hati ketika mendengar seseorang yang enggan untuk menjalankan perintah Allah dengan dalih, “belum dapat hidayah”. Isy.. hidayah untuk dijemput man, bukan untuk ditunggu! jawabku.

Manusia sebenarnya tahu akan kewajiban mereka ini. Mereka tahu akan pergi ke mana mereka setelah mati dan apa yang akan mereka pertanggungjawabkan nantinya. Namun, tetap saja pengetahuan mereka hanya sebatas tahu tanpa dibarengi dengan kesadaran. Iman belum menembus hati-hati mereka yang telah pekat tertutup tinta-tinta dosa akan perbuatan mereka. Bagaimana mungkin mereka dapat merasakan betapa nikmatnya iman jika Allah dan rasul-Nya masih menjadi urutan yang kedua, ketiga atau bahkan kesekian belas setelah harta-harta mereka, anak-anak mereka, jabatan-jabatan mereka dan seterusnya?



Ya Allah, jangan engkau jadikan kami ke dalam golongan orang yang cinta kepada dunia dan takut mati. Serta senantiasa tunjukilah kepada kami jalan-jalan yang engkau Ridho i. Tanamkanlah rasa kecintaan kami kepada nabimu hingga kami merasa begitu rindunya kami terhadapnya dan kepada-Mu.



Tuhan…
Leraikanlah dunia yang membiak di dalam hatiku.
Karena di situ tidak kumampu menumpuk dua cinta.
Hanya cintamu, Allah, kuharap penuh.
Dibaja i bangkai,dunia yang ku bunuh.

(raihan)

Sabtu, 09 Juni 2012

Jemput Surgamu Saudariku!

Ada seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia rajin menjalankah ibadah Sunnah. Sayang, Ia tak mau berjilbab. Menutup auratnya. Setiap kali dinasehati ia hanya tersenyum dan menjawab ”Insya Allah yang penting hati dulu yang berjilbab. ” Sudah banyak orang menasehatinya tetapi jawabannya tetap sama.

Hingga di suatu malam, Ia bermimpi sedang berada di sebuah taman yang sangat indah. Rumputnya sangat hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih airnya  melintas dipinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya.

Ia tak sendiri. Ada beberapa wanita disitu yang terlihat juga menikmati keindahan taman. Ia pun menghampiri salah satu wanita. Wajahnya sangat bersih seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.

“Assalamu'alaikum, saudariku....”
“Wa'alaikum salam. Selamat datang saudariku”
“Terima kasih. Apakah ini surga?”
Wanita itu tersenyum. “Tentu saja bukan, saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga ”

“Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini. ”

Wanita itu tersenyum lagi ”Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, saudariku ?”
“Aku selalu menjaga waktu shalat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah. ”
“Alhamdulillah..”
Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka. Dan ia melihat beberapa wanita yang berada di Taman mulai memasukinya satu-persatu.

“Ayo kita ikuti mereka” kata wanita itu setengah berlari.
“ Apa di balik pintu itu?” Katanya sambil mengikuti wanita itu
“ Tentu saja surga saudariku” larinya semakin cepat
“ Tunggu..tunggu aku..”
dia berlari namun tetap tertinggal Wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenyum kepadanya. Ia tetap tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari. Ia lalu berteriak

“Amalan apa yang telah kau lakukan hingga engkau begitu ringan ?”
“Sama dengan engkau saudariku.” jawab wanita itu sambil tersenyum
Wanita itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu.

“ Amalan apalagi yang kau lakukan yang tidak kulakukan ?”
Wanita itu menatapnya dan tersenyum. Lalu berkata
“Apakah kau tak memperhatikan dirimu, apa yang membedakan dengan diriku ?”

Ia sudah kehabisan napas, tak mampu lagi menjawab.
“ Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke Surga-NYa tanpa hijab yang menutup auratmu ?”

Tubuh wanita itu telah melewati pintu, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata ”Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini. Cukuplah surga hanya sampai hatimu karena niatmu hanyalah menghijabi hati.”

Ia tertegun..lalu terbangun..beristighfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan shalat malam. Menangis dan menyesali perkataanya dulu.. berjanji pada Allah sejak saat itu ia akan menutup auratnya.

===

Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Semoga bermanfaat dan semoga kita dikenali sebagai wanita mu’minah yang memiliki identitas, yang taat pada perintah Allah dan takut  akan hari pembalasan. Semoga tidak melalaikan diri kita. Jaga diri, hiasi pribadi.. ^_^


Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci....

Ghina Shafirah

Selasa, 05 Juni 2012

NIKMATNYA SAKIT

-IGCC- Dalam sebuah riwayat Bukhari wa Muslim, Rasulullah SAW bersabda :
Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu”. 
Hadits ini secara gamblang menyebutkan betapa sakit merupakan sarana yang digunakan Allah untuk menghapus kesalahan-kesalahan (baca:dosa kecil) yang dilakukan hamba-Nya. Tentu saja dengan catatan sakit itu dilalui dengan keikhlasan. Mengapa demikian? Karena ternyata ada di antara manusia yang justru semakin ingkar kepada Rabb-nya atas sakit yang diturunkan padanya. 

Ah, andai mereka itu dapat merasakan nikmatnya sakit...
andai kesabaran dan ketabahan jiwa mengalahkan lemahnya raga...

Semestinya, sakit yang tengah dialami seorang mukmin ini, mampu membawa perubahan menuju kebaikan. Sakit seharusnya menjadi sarana pelebur dosa, pengasah hati dan pensucian jiwa dari berbagai penyakit hati yang telah mengendap dalam jiwa. Semakin nyeri luka yang dirasakan, mata hati semakin peka dan jiwa semakin terjaga dari buaian-buaian mimpi yang tengah dihembuskan setan dan kawan-kawan.

Kesombongan berganti dengan kepasrahan,
Pengakuan-pengakuan dosa tak terbendung didengungkan.
Syukur dan Pujian tak terhenti terucap
hingga raga dan jiwa letih terlelap.

Tuhan, aku ridha akan sakit yang Kau ujikan
asalkan rahmat-Mu makin indah kurasakan.
kuharap, dosa-dosaku berguguran
lenyap, serontok jati kala kekeringan.

Terimakasih sakit, untuk kesabaran yang kau ajarkan,
luluhlah kesombongan terseraklah keangkuhan.
kau jadikan aku menuju Rabb-ku, tertatih pelan.
Hingga kuharap Ia merapat hangat.



So, selamat bersabar dalam kelemahan. nikmatilah sakit dan ia kan membawamu Bangkit!!!


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...