-IGCC-
“Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi manusia sedikitpun, tetapi manusia itulah yang menzhalimi dirinya sendiri.” (Yunus:44)
Dalam lingkaran kecil itu, mereka, para pemuda itu tengah merenung,
berdiskusi ihwal hidup mereka di bumi ini. Membincangkan betapa kurang
bersyukurnya mereka akan nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka.
Betapa tidak? Dengan begitu besar dan banyaknya nikmat yang Allah
berikan kepada mereka, taksatupun dari mereka yang melaksanakan
perintah Allah kepada mereka. Shalat berjamaah!! Hanya 5 waktu dalam
sehari, Cuma satu jam seharinya, menurut hitungan mereka. Padahal mereka
bersepakat bahwa perintah ini adalah mutlak suatu kewajiban yang
semestinya tak ditinggalkan walau dalam keadaan sakit sekalipun. Allah…
lirih salah seorang mereka sambil menghela napas.
Di tempat lain, seorang ayah tengah menemani buah hatinya, dua tahun
usianya. Si gadis kecil merengek minta sang ayah untuk pergi ke masjid. si kecil ingin pergi ke masjid untuk Shalat!!! Ia terus merengek, merajuk
pada ayahnya. Akhirnya sang ayah menuruti keinginan putrinya, tetapi
setelah jamaah maghrib “bubar”. Aneh pikirku.
Ah, siapa nama gadis kecil itu? Dengan lugunya ia menghampiriku yang sedang asyik duduk sambil melantunkan ayat-ayat suci al Quran. Kurengkuh ia yang masih suci itu… Kududukkan di atas pahaku. Dengan tenangnya ia menyimak bacaan Qur’anku. Dalam lantunanku aku tengah berfikir betapa Allah tengah menunjukkan hidayahNya pada ayah gadis kecil itu, tetapi tak segera disambutnya hidayah itu. Ah, betapa meruginya ia. Lirih aku berdoa, untuk sang ayah dan pula untuk si kecil yang cantik itu. Kukecup keningnya… “Allah, ‘alimha fil Qur’an”, ujarku lirih.
“Sesungguhnya, telah Kami tunjukkan kepadanya jalan yang lurus,
sebagian ada yang bersyukur dan sebagian yang lain kufur”. (Al-Insaan:3)
Allah tak sedang menzhalimi hamba2 Nya. Hidayah dari Allah bisa
datang kepada siapa saja dan kapan saja. Allah telah menunjukkan jalan
kepada manusia. Namun, respon dari manusia inilah yang berbeda-beda.
Sebagian ada yang bersyukur dengan menapaki jalan yang telah Allah
tunjukkan dan yang lainnya kufur serta mengingkarinya.
Karena hal itulah betapa jenuhnya hati ketika mendengar seseorang yang enggan untuk menjalankan perintah Allah dengan dalih, “belum dapat hidayah”. Isy.. hidayah untuk dijemput man, bukan untuk ditunggu! jawabku.
Manusia sebenarnya tahu akan kewajiban mereka ini. Mereka tahu akan pergi ke mana
mereka setelah mati dan apa yang akan mereka pertanggungjawabkan nantinya.
Namun, tetap saja pengetahuan mereka hanya sebatas tahu tanpa dibarengi
dengan kesadaran. Iman belum menembus hati-hati mereka yang telah pekat
tertutup tinta-tinta dosa akan perbuatan mereka. Bagaimana mungkin
mereka dapat merasakan betapa nikmatnya iman jika Allah dan rasul-Nya
masih menjadi urutan yang kedua, ketiga atau bahkan kesekian belas
setelah harta-harta mereka, anak-anak mereka, jabatan-jabatan mereka dan
seterusnya?
Ya Allah, jangan engkau jadikan kami ke dalam golongan orang yang
cinta kepada dunia dan takut mati. Serta senantiasa tunjukilah kepada
kami jalan-jalan yang engkau Ridho i. Tanamkanlah rasa kecintaan kami
kepada nabimu hingga kami merasa begitu rindunya kami terhadapnya dan
kepada-Mu.
Tuhan…
Leraikanlah dunia yang membiak di dalam hatiku.
Karena di situ tidak kumampu menumpuk dua cinta.
Hanya cintamu, Allah, kuharap penuh.
Dibaja i bangkai,dunia yang ku bunuh.
(raihan)